Motivation

"Berani Itu Emas" (Mario Teguh)
"Yakinlah! Maka Anda akan Mendapatkannya" (Martha Zhahira El-Kutuby)

Kamis, 22 Maret 2012

Pendidikan Berkarakter:”Guru Saja Tidak Berkarakter, Apalagi Siswanya!”

Karakter! Ya, memang itu yang sedang gemparnya di dunia pendidikan sekarang. Berbicara tentang karakter dunia tidak bosan. Mengapa? Karena dalam dunia pendidikan inilah yang akan menunjang terwujudnya seluruh aspek penilaian dalam mencapai kecakapan seorang siswa untuk berprestasi. Bagaimana tidak? Kita sebagai manusia yang mempunyai rasa ego akan menuntut segala hak yang ada pada diri kita dan orang lain.
    Seorang yang berkarakter yang diinginkan pemerintah sekarang adalah seorang yang tahu dengan adab dan kesantunan. Sebagaimana sosialisasi yang telah dilakukan pemerintah untuk menunjang pendidikan berkarakter ini akan membawa dunia pendidikan Indonesia menuju masa depan yang cemerlang. Tahun lalu pemerintah telah melakukan riset dan memberikan pengarahan kepada guru-guru yang ada di Indonesia. Selanjutnya, guru-guru pun telah menyampaikan kepada siswa-siswinya. Namun, ada kejanggalan kecil yang mungkin terlupakan saat ini, yaitu introspeksi diri.
    Apabila seseorang bisa mengintrospeksi dirinya, maka dia akan menjalani pendidikan berkarakter ini dengan mudah, karena mereka merasakan bahwa apa yang diterapkan oleh pendidikan berkarakter ini akan membawa mereka ke jalan disiplin dan berlaku yang benar. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang tidak mengintrospeksi dirinya, maka mereka akan sulit untuk melaksanakan pendidikan berkarakter ini.
    Kita tahu bahwa sebuah interaksi akan berjalan apabila ada yang berkomunikasi dengan seimbang dan respon yang positif. Tapi, dalam pendidikan sekarang interaksi antara guru dan para siswanya masih terhambat oleh sinyal yang kurang bagus. Misalnya saja, dalam cara berpakaian. Guru mengajarkan kepada siswa bahwa cara berpakaian yang bagus tidak ketat dan sopan, tapi pada kenyataannya malah guru itu sendiri yang melakukan berpakaian sempit dan ketat.
    Banyak kita lihat dalam dunia sekarang bahwa pendidikan berkarakter itu tidaklah berjalan dengan semestinya. Biarpun ini masih tahap awal pemerintah melakukan rencana ini, namun hal ini tidaklah sulit jika dilakukan dengan kesadaran yang bagus dan mantap. Kita juga pernah melihat bahwa guru mengajarkan kepada siswanya untuk berlaku disiplin waktu untuk pergi sekolah, tapi malah guru itu sendiri yang terlambat datang ke sekolah lantaran urusan banyak. Kalau siswanya protes, si guru bilang bahwa mereka tidak sama dengan siswanya. Tapi, dalam dunia sekarang kita bisa lihat, disiplin itu adalah kesadaran dan butuh kepastian untuk melakukannya. Apabila orang yang akan menjadi tauladan kita saja tidak mencerminkan karakter yang bagus, bagaimana bisa yang meneladani itu bisa bagus juga? Mustahil.
    Beralih lagi pada kesopanan. Dalam adat Minangkabau telah dicantumkan bahwa budi¬ itu penting sekali. Kita sebagai masyarakat Minang tentu tahu dengan budi baiak, laku elok. Di sekolah, kita juga harus mengamalkan sistem Minangkabau ini sebagai landasan untuk bisa terwujudnya pendidikan berkarakter. Banyak juga kita melihat sekarang ini, seorang guru yang telah mengajarkan kesopanan pada siswanya, tapi malah guru tersebut yang kurang sopan kepada siswanya. Sehingga terjadilah yang namanya kekerasan, pencemoohan, dan berbagai macam perilaku yang menyimpang dari siswanya.
    Sebaiknya, pendidikan berkarakter ini haruslah memegang interaksi yang seimbang sehingga hubungan antara dua belah pihak bisa terlaksanakan dengan baik tanpa hambatan sinyal. Sebagaimana yang telah dibahas diatas, guru dan siswa sebaiknya sama-sama melakukan sehingga kita bisa menjalani pendidikan berkarakter dengan semestinya. Tidak ada lagi perbedaan pendapat yang mendasari kacaunya pelaksanaan pendidikan berkarakter ini.

Martha Zhahira El-Kutuby
(Menilik Kembali Karakter Sebenarnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar