Motivation

"Berani Itu Emas" (Mario Teguh)
"Yakinlah! Maka Anda akan Mendapatkannya" (Martha Zhahira El-Kutuby)

Minggu, 29 September 2013

Pilar Disiplin

Narasumber: Dr. Yetty Morelent, M. Hum ( Dosen Universitas Bung Hatta)

Karakter adalah suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat dan tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Beda karakter dengan kepribadian atau sifat dasar:
Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan. Setiap orang yang memiliki kepribadian, tentu ada kelemahan dan ada kelebihan baik dari aspek sosial maupun dari pribadinya.
Kepribadian manusia ada 4, yaitu:
1. Koleris
2. Sanguinis
3. Plegmatis
4. Melankolis

Prinsip karakter adalah perubahan tingkah laku yang tadinya kurang baik jadi lebih baik lagi.

Disiplin adalah kepatuhan terhadap segala peraturan, harus tunduk pada pengawasan dan pengendalian.
Disiplin bertujuan:
1. Untuk mengembangkan watak kita agar dapat mengatur pribadi kita maupun kelompok. Jadi, yang dimaksud dengan disiplin itu adalah pengendalian diri. Jika kita sudah terbiasa disiplin berartu kita sudah mampu mengendalikan diri kita.
2. Sebagai sikap mental individu kita
Orang yang disiplin, dia tidak akan suka dengan orang yang tidak jelas hidupnya. Biasanya,orang-orang yang mempunyai sikap mental disiplin itu, segala kehidupannya tertatur dan tidak sembrono.

Kalau melihat di masyarakat, itu dapat dikembangkan melalui masalah-masalah di tengah masyarakat, seperti kepatuhan, taat kepada segala peraturan yang ada, dan punya tata tertib. Kesadaran itu akan lahir dari hatinya masing-masing.

Disiplin adalah faktor utama sebuah keberhasilan. Tapi, saat sekarang di lingkungan perguruan tinggi sikap disiplin ini masih sangat kurang. Ini sedah menggejala di mahasiswa.

Kebiasaan disiplin ini harus ditanamkan secara berulang-ulang di diri mahasiswa. Solusinya, setiap mahasiswa itu buatlah agenda yaitu agenda kegiatan harian. Misalnya, hari ini kita mau mengerjakan apa saja, buat catatannya. Pada saat mau tidur, dievaluasi. Apakah semua catatan yang dibuat tadi sudah terlaksana atau belum, kalau belum dievaluasi, itu tandanya kita tidak mengatur waktu dengan baik. Tapi, kalau kita bisa mengatur waktu dengan baik, itu bisa terlaksana dengan baik. Kalau kita sudah bikin catatan, biasakan untuk mentaati apa yang diucapkan.

Kata Guberbur Irwan Prayitno :"Orang yang bersunggguh-sunggguhlah yang akan berhasil dalam hidupnya".

Bersungguh-sungguh itu harus diikuti dengan disiplin, kalau orang yang tidak disiplin berarti dia tidak bersungguh-sungguh. Orang yang tidak disiplin itu mudah melanggar waktu yang sudah disepakati, kalau belajar itu ogah-ogahan.

Contohnya, dijalan raya ada tulisan P berarti dilarang parkir, kita lihat banyak juga mobil yang parkir disamping larangan itu. Kecenderungan masyarakat sekarang, apabila ada yang mengatur pasti akan disiplin, tapi kalau tidak ada ya tidak disiplin. Disiplin itu bukan karena diatur orang lain, tapi harus kita yang mengatur disiplin itu sendiri.

Dalam pembelajaran, tentu sangat penting guru. Guru/dosen itu harus mengajarkan siswanya disiplin supaya kualitas proses belajar mengajarnya itu tambah baik. Apabila guru/dosen tidak disiplin, sekolah itu akan kacau, proses belajar mengajarnya terganggu. Untuk memperoleh kualitas belajar mengajar yang baik, harus disiplin dengan waktu supaya tujuan tercapai dengan baik. Caranya jangan datang terlambat.

Disiplin jelas membentuk karakter yang akan menjadi pribadi yang kuat. Jadi, kiat-kiat untuk berhasil dan sukses yang paling menentukan itu adalah faktor disiplin. Contoh, kita mau ujian, jika kita tidak atur waktu dari awal, kita tidak bisa menjawab ujian. Agar ujian itu lancar, buat rencana untuk mengatur waktu belajar. Biasanya, orang-orang disiplin punya prinsip yang kuat dalam dirinya.

Orang yang disiplin tidak akan pernah melanggar janjinya, karena sudah punya prinsip. Orang yang tidak disiplin selalu dipengaruhi dengan hal-hal yang buruk. Orang yang tidak disiplin tidak akan sukses.

Disiplin itu bisa mendorong orang untuk tetap mengerjakan ide atau rencana walaupun semangat dan antusiasnya mulai memudar. Orang yang disiplin dekat dengan orang yang bertanggungjawab, orang yang tidak disiplin akan tidak bertanggungjawab.

Sholat mengajarkan kita disiplin karena sholat ada waktu-waktunya. Semua itu tergantung kebiasaan kita, bila kita terbiasa melanggar maka akan tetap melanggar.

Cara menerapkan disiplin kepada diri sendiri adalah berjuang untuk melakukan disiplin kepada diri sendiri. Orang yang disiplin itu akan sangat dekat dengan kesuksesan. Orang yang disiplin akan mendengar langsung dari sumber pertama bukan yang kedua. Kalau mendengar dari sumber kedua itu tidak utuh informasi yang disampaikan.

Disiplin itu dibangun dari kebiasaan, kebiasaan dibentuk dari karakter disiplin itu sendiri.
Sifat disiplin diri itu adalah:
1. Pengetahuan diri
    Orang yang tahu siapa dirinya akan tahu tujuan hidupnya.
2. Kesadaran
    Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dia tidak disiplin. Kalau dikasih tahu, dia merasa dia sudah disiplin. Orang yang sadar akan mengatur ritme hidupnya.
3. Komitmen
    Orang yang berakar displin dari dalam dirinya akan mempunyai komitmen.
4. Keberanian
    Keberanian orang disiplin adalah keberanian menanggung resiko.

Apabila kita sudah belajar tapi belum bisa juga maka kita harus instrospeksi diri. Belajar tanpa berdoa itu tidak bisa. Berdoa saja tanpa belajar itu juga tidak bisa.

Disiplin itu mampu menjadikan seseorang sebatang emas yang berkualitas baik. Menurut Eva Ainul Falah bahwa salah satu untuk merubah budaya manusia adalah dengan sholat berjamaah. Sholat berjamaah itu mendidik kita untuk disiplin.
Disiplin itu harus diterapkan dari kecil. Manfaat mengajarkan disiplin kepada anak sejak dini:
1. Menumbuhkan keteraturan dalam lingkungan
2. Dapat menumbuhkan kepedulian
3. Mengajarkan keteraturan dalam hidupnya
4. Menumbuhkan ketenangan
5. Bisa memupuk rasa percaya diri anak
6. Mengajarkan anak mandiri
7. Dengan disiplin, anak bisa menumbuhkan keakraban
8. Membantu perkembangan otak
9. Membantu anak untuk mudah beradaptasi
10. Menumbuhkan kepatuhan dan taat

Kesimpulan:
Untuk mewujudkan karakter disiplin, diperlukan secara seksama bahwa seseorang itu haru merubah dirinya, terutama perubahan dalam membangun dirinya agar lebih maju, kreatif, berani dan berdisiplin. Kiat-kiatnya adalah kenali siapa dan bagaimana diri kita, kenali lingkungan, siapkan tujuan hidup, bahwa dengan disiplin itu kita akan bisa menjadi sukses.

Sabtu, 13 April 2013

Rezeki Mata Uji Madrasah Kehidupan


 dakwatuna.com – Rezeki dalam kehidupan manusia persis seperti air hujan terhadap tanaman. Ketika curah hujan cukup, tanaman pun kian menghijau, berbunga, dan akhirnya menghasilkan buah. Bedanya dengan tanaman, manusia mestinya tak perlu layu ketika rezeki tak kunjung turun.
Namun, sifat manusia memang selalu tergesa-gesa. Kala rezeki tak menetes dari langit, tak sedikit orang berpikiran pendek. Frustasi. Dan memilih layu dan gugur tanpa arti. Media massa pernah mengabarkan seorang ibu dengan menggendong balita menceburkan diri ke air danau berkedalaman puluhan meter.

Media juga mencatat seorang ibu membakar diri karena bingung tak lagi punya uang untuk makan. Ia hangus terbakar bersama dua balitanya yang sedang sakit. Na’udzubillah.

Rasa lapar kadang membuat manusia kehilangan akal sehat. Hilang akal hilang martabat. Media pernah memberitakan seorang suami tega “menyewakan” isterinya ke lelaki lain lantaran tak punya uang untuk mengontrak toko. Na’udzubillah.

Masih banyak lagi kisah getir sejenis diungkap media massa. Mempertontonkan keputusasaan manusia. Keputusasaan itu berpangkal pada himpitan ekonomi.

Sedihnya, sebagian besar mereka muslim. Entah apakah mereka pernah sempat mendengar di tempat pengajian bahwa urusan rezeki sangat berkait dengan keimanan seseorang. Rezeki, selain sebagai anugerah, juga sarana ujian: seberapa tinggi mutu keimanan seorang hamba Allah ketika ia mendapati takaran rezekinya.

Memang, tidak semua sisi yang berhubungan dengan rezeki menjadi urusan pribadi. Makmur tidaknya seorang anak manusia, boleh jadi, sangat berkait dengan kebijakan pemerintahnya. Penyediaan lapangan kerja, pemberian subsidi buat bahan pokok, kemudahan pinjaman modal; adalah di antara bentuk kebijakan yang sangat berpengaruh buat kemakmuran warga sebuah bangsa.

Namun, ketika kenyataan tidak seperti yang diinginkan, semua kembali pada kekuatan pribadi masing-masing. Dan salah satu kunci kekuatan adalah benteng keimanan. Inilah yang akhirnya sangat menentukan apakah seorang hamba Allah bisa tahan dengan problem rezeki.

Ada beberapa lubang kesalahpahaman soal rezeki yang kerap menjebloskan seseorang ke dalam kubangan kehinaan. Dan lubang-lubang itu terus berubah bergantung pada siapa yang akan jadi target. Pertama, anggapan bahwa rezeki sebagai kunci segala masalah. Inilah yang akhirnya menjadikan seseorang mengalami pergeseran tujuan hidup. Karena rezeki jadi sumber solusi, rezeki pun menjadi tujuan. Bukan lagi sekadar sarana yang boleh ada, boleh tidak.

Orang yang terjeblos pada anggapan ini, akan menghalalkan segala cara. Apa pun ia tempuh asal bisa dapat banyak rezeki. Dan jika akhirnya rezeki luput, ia akan putus asa. Baginya, kehidupan tak lagi punya arti tanpa rezeki. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadiid: 23)

Dalam cakupan yang lebih besar, pengalaman membuktikan bahwa kejatuhan seorang muslim -termasuk pada dai dan ulama– karena mereka terjeblos pada lubang jenis ini. Mereka pun dipermainkan kepentingan materi. Ada yang saling bermusuhan, ada yang rela menjadi kacung-kacung kekuasaan (misalnya Bal’am, seorang ulama Bani Israil yang menyangga kekuasan Fir’aun). Mereka rela melakukan apa pun asal tetap dapat rezeki. Na’udzubillah.

Kedua, anggapan rezeki berbanding lurus dengan tingkat ketakwaan seseorang kepada Allah swt. Anggapan ini yang di antaranya menjadi sebab tergelincirnya hamba-hamba Allah dari keikhlasan. Bahkan mungkin, bisa berubah menjadi kufur.

Tidak semua bentuk kasih sayang Allah swt. terlimpah langsung di kehidupan dunia. Bahkan boleh jadi, pengecilan takaran rezeki buat seseorang adalah di antara bentuk kasih sayang Allah terhadap orang itu. Karena tidak tertutup kemungkinan, orang justru jadi tidak lagi taat ketika rezekinya berlimpah.

Hal itulah yang pernah dialami salah seorang pengikut sekaligus keluarga dekat Nabi Musa a.s., Qarun. Ketika pintu rezeki terbuka lebar, ia justru berubah kufur. “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa (anak paman Nabi Musa), maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al-Qashash: 76)

Kalau rezeki berbanding lurus dengan tingkat taat dan takwa, tentu orang yang paling kaya di seluruh penjuru dunia adalah para Rasul, sahabat, dan orang-orang saleh. Tapi, fakta sejarah tidak mengatakan itu. Sebaliknya, merekalah yang selalu berlimut sederhana. Bahkan, Rasulullah saw. pernah berpuasa setelah mendapatkan kabar dari isterinya kalau isi dapur memang benar-benar kosong.

Rezeki adalah salah satu di antara sekian mata pelajaran yang Allah ujikan dalam madrasah dunia ini. Banyak rezeki ujian, begitu pun ketika sedikit. Jangan sampai kita tidak pernah lulus di dunia keadaan itu. Banyaknya menjadi boros dan sombong, sedikitnya menjadi putus asa dan kufur.

Jumat, 04 Mei 2012

Ksp (Keberhasilan=Self Confidence + Passion)

Kemaren (Selasa, 01 Mei 2012) aku diminta untuk mengisi KULTUM (Kuliah Tujuh Menit) di Mushola Mukhlishin (Mushola Sekolah). Kami mengadakan sholat berjamaah waktu zhuhur.

Aku memberi judul pidatoku dengan ini: "Ksp".
Orang Kimia bilang Ksp itu adalah kelarutan. Tapi aku bilang Ksp itu adalah "Keberhasilan = Self Confidence + Passion".

Mengapa??

Karena,
Keberhasilan kita bergantung pada kepercayaan diri kita untuk bisa meraih sukses dan impian. Kalau kita hanya mengharapkan rejeki itu datang secara "sim salabim" itu mustahil. Kita harus bisa percaya diri untuk meraihnya agar dia tidak jauh dari diri kita.

Keberhasilan itu juga bergantung pada Keinginan Besar (Passion) kita untuk meraihnya. Orang sukses itu punya keinginan besar untuk dapat diraihnya, makanya mereka berusaha dan bekerja keras. Kita punya keinginan harus berupaya untuk mewujudkannya agar kita bisa menggapai impian kita.

Keep your passion. (ini motto Kak Shinta Febiani)
Rezeki harus "DIJEMPUT" bukan hanya "DITUNGGU" saja. (Ini pesan Kak Winda Tristianti)
Sukses itu Pilihan. (Ini motto aku Martha Zhahira El-Kutuby)

Kamis, 22 Maret 2012

Pendidikan Berkarakter:”Guru Saja Tidak Berkarakter, Apalagi Siswanya!”

Karakter! Ya, memang itu yang sedang gemparnya di dunia pendidikan sekarang. Berbicara tentang karakter dunia tidak bosan. Mengapa? Karena dalam dunia pendidikan inilah yang akan menunjang terwujudnya seluruh aspek penilaian dalam mencapai kecakapan seorang siswa untuk berprestasi. Bagaimana tidak? Kita sebagai manusia yang mempunyai rasa ego akan menuntut segala hak yang ada pada diri kita dan orang lain.
    Seorang yang berkarakter yang diinginkan pemerintah sekarang adalah seorang yang tahu dengan adab dan kesantunan. Sebagaimana sosialisasi yang telah dilakukan pemerintah untuk menunjang pendidikan berkarakter ini akan membawa dunia pendidikan Indonesia menuju masa depan yang cemerlang. Tahun lalu pemerintah telah melakukan riset dan memberikan pengarahan kepada guru-guru yang ada di Indonesia. Selanjutnya, guru-guru pun telah menyampaikan kepada siswa-siswinya. Namun, ada kejanggalan kecil yang mungkin terlupakan saat ini, yaitu introspeksi diri.
    Apabila seseorang bisa mengintrospeksi dirinya, maka dia akan menjalani pendidikan berkarakter ini dengan mudah, karena mereka merasakan bahwa apa yang diterapkan oleh pendidikan berkarakter ini akan membawa mereka ke jalan disiplin dan berlaku yang benar. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang tidak mengintrospeksi dirinya, maka mereka akan sulit untuk melaksanakan pendidikan berkarakter ini.
    Kita tahu bahwa sebuah interaksi akan berjalan apabila ada yang berkomunikasi dengan seimbang dan respon yang positif. Tapi, dalam pendidikan sekarang interaksi antara guru dan para siswanya masih terhambat oleh sinyal yang kurang bagus. Misalnya saja, dalam cara berpakaian. Guru mengajarkan kepada siswa bahwa cara berpakaian yang bagus tidak ketat dan sopan, tapi pada kenyataannya malah guru itu sendiri yang melakukan berpakaian sempit dan ketat.
    Banyak kita lihat dalam dunia sekarang bahwa pendidikan berkarakter itu tidaklah berjalan dengan semestinya. Biarpun ini masih tahap awal pemerintah melakukan rencana ini, namun hal ini tidaklah sulit jika dilakukan dengan kesadaran yang bagus dan mantap. Kita juga pernah melihat bahwa guru mengajarkan kepada siswanya untuk berlaku disiplin waktu untuk pergi sekolah, tapi malah guru itu sendiri yang terlambat datang ke sekolah lantaran urusan banyak. Kalau siswanya protes, si guru bilang bahwa mereka tidak sama dengan siswanya. Tapi, dalam dunia sekarang kita bisa lihat, disiplin itu adalah kesadaran dan butuh kepastian untuk melakukannya. Apabila orang yang akan menjadi tauladan kita saja tidak mencerminkan karakter yang bagus, bagaimana bisa yang meneladani itu bisa bagus juga? Mustahil.
    Beralih lagi pada kesopanan. Dalam adat Minangkabau telah dicantumkan bahwa budi¬ itu penting sekali. Kita sebagai masyarakat Minang tentu tahu dengan budi baiak, laku elok. Di sekolah, kita juga harus mengamalkan sistem Minangkabau ini sebagai landasan untuk bisa terwujudnya pendidikan berkarakter. Banyak juga kita melihat sekarang ini, seorang guru yang telah mengajarkan kesopanan pada siswanya, tapi malah guru tersebut yang kurang sopan kepada siswanya. Sehingga terjadilah yang namanya kekerasan, pencemoohan, dan berbagai macam perilaku yang menyimpang dari siswanya.
    Sebaiknya, pendidikan berkarakter ini haruslah memegang interaksi yang seimbang sehingga hubungan antara dua belah pihak bisa terlaksanakan dengan baik tanpa hambatan sinyal. Sebagaimana yang telah dibahas diatas, guru dan siswa sebaiknya sama-sama melakukan sehingga kita bisa menjalani pendidikan berkarakter dengan semestinya. Tidak ada lagi perbedaan pendapat yang mendasari kacaunya pelaksanaan pendidikan berkarakter ini.

Martha Zhahira El-Kutuby
(Menilik Kembali Karakter Sebenarnya)

Senin, 19 Maret 2012

ESP

In a city, there has been a theft of a wallet by a child. She discovered and reported to the police. Now she's in court.

Judge        : You named Siti?
Siti        : Yes. I siti.
Judge        : On what basis do you steal your wallet?
Siti        : I have no money to pay for my sick child in Ahmad Mochtar Hospital.
Judge        : Okay. Do you have no other alternative to make money?
Siti        : I've tried to find a job, but I was not welcome in the places that I want to work there.
Judge        : Okay. According to the records and documents given to me, when before you steal, you have been stalking another victim. Really?
Siti        : Yes. I had been stalking another victim. Because of her rapid rise to public transportation, I would not be to steal his wallet.
Judge        : Hmm. How do you to take his wallet?
Siti        : I took his wallet when he was waiting for public transportation to go home. Lock bag happens to look, so I tried to feel him. But, I do not take the money as much as five hundred thousand dollars. I only took one hundred thousand dollars.
Judge        : But, according to a document, you stole five hundred dollars. All right. I would check with your defense. Defenders, whether true sister named Siti just steal the hundred thousand?
Defenders    : Yes, sir! Previously, he would intend to take five hundred thousand dollars. Because the victim will ride public transportation. He quickly took the money, and just picked up a hundred thousand. Otherwise, he returned to the wallet and put it into bags.
Judge    : Okay. But, what about this document? He has shown that he stole five hundred thousand dollars.
Defender    : In my opinion, the document was misinterpreted. He has told me that he just stole a hundred thousand dollars.
Judge        : Okay. I'll try to read this document again. The trial time is up here. We will continue next month.

Rabu, 14 Maret 2012

Ketika Hijab Menyapaku

Rinai hujan membasahi setiap relung hatiku
Berkata disetiap langkahku yang gontai berliku
Aku mengeja namaMu dengan sepenuh jiwaku
Berharap Engkau berikan cahaya pada batinku

Ketika hijabMu  menyapaku
Aku bersujud lelah didepanMu
Aku berucap syukur dikemahaanMu
Tuhan, tetapkan hijabMu dalam dadaku

Martha Syaflina
Bukittinggi, 15 Maret 2012


    Dulu, ketika aku masih di sekolah dasar, aku sering menggunakan hijab untuk pergi mengaji. Ketika sholat Idul Fitri, aku juga memakai hijab. Namun, masih belum sempurna karena aku masih belum terlalu tahu apa makna dibalik memakai hijab. Memang banyak godaan ketika kita akan meluruskan jalan untuk berbuat baik, tapi aku sudah curhat sama mama untuk memakai hijab.

    Setelah lepas dari sekolah dasar, aku masih sederhana. Hijabku hanya penutup kepala dan leher sederhana saja. Ketika aku mendaftar masuk sekolah menengah pertama, aku memakain hijab. Ketika aku pulang ke kampung aku memakai hijab. Tapi, setelah sampai dikampung aku membuka hijab, alasanku hanya satu,”kan kita dirumah, ngapain pake hijab, lagian kan panas”. Begitulah aku berceloteh saat pertama memakai hijab.
    Setahun berlalu, aku masih seperti itu juga. Hanya memakai hijab ketika aku mau pergi sekolah, bermain dengan teman, dan untuk acara keagamaan lainnya. Tidak ada perubahan maupun kegeseran niat untukku mengubah diri ini untuk tetap memakai hijab. Alasan yang paling fenomenal adalah kalau aku belum siap untuk memakai hijab, jangan dipakai karena akan mempertebal jurang neraka. Aku pun berpikir keras.
    Masa-masa yang sungguh menyenangkan dan juga menyedihkan. Ketika aku mendapatkan penyakit asma, yang mengharuskan diriku tidak berada ditempat yang dingin. Sementara itu, aku tinggal dengan tante dibawah bukit, namanya Bukit Kawin (letaknya di Sumatera Barat Kabupaten Agam). Aku tiap sebentar sesak napas. Dari sanalah aku mendapatkan dorongan batin untuk mengenakan hijab.
    Aku sempat berpikir begini, kalau aku memakai hijab dinegeri yang dingin ini, mungkin tenggorokan dan dadaku akan terasa hangat dan sejuk, sehingga penyakitku bisa sembuh. Aku coba memakai hijab ketika hujan dan dingin melanda tempat aku tinggal, kalau hari sudah panas aku membuka hijab untuk dirumah saja. Memang terasa sejuk, aku tidak sering lagi untuk sesak napas. Obatku yang diberikan dokter hanya aku buang begitu saja.
    Lama juga aku berobat, sekitar enam bulan berlalu begitu saja. Obat tersebut kadang aku makan dan kadang pula aku buang. Aku bosan makan obat itu. Mama kembali membawaku ke dokter untuk check up paru-paru dan tenggorokanku. Dokter menyatakan aku telah sembuh. Syukurku memang tak putus-putusnya saat itu. Aku kembali mencari makna hijab yang aku pakai ketika aku sakit dahulu.
    Aku berpikir sekian lama. Ketika aku mulai bisa menuliskan pengalamanku sendiri. Aku menuliskan di kepalaku bahwa hijab adalah penyembuh penyakitku. Begitu pula ketika aku terserang penyakit batuk, aku memakai hijab dan dua hari kemudian aku sembuh dari batuk. Ini adalah menfaat hijab yang baru aku dapatkan dengan pengalamanku sendiri.
    Namun, hal itu belumlah membuka hatiku untuk memakai hijab terus menerus. Libur panjang telah datang. Aku pulang ke kampung untuk bertemu dengan mama dan papa serta adik-adik tercintaku karena aku adalah anak pertama. Mereka menyambutku dengan gembira. Aku juga senang.
    Sore hari, dikampung itu, namanya Jorong Air Kijang Kabupaten Agam. Papa membuka sebuah kedai kecil-kecilan disamping beliau bekerja jadi kepala tata usaha SMA. Aku duduk di kursi dekat pintu kedai itu. Ketika itu aku masih dihantui banyak jerawat, karena aku sering malas buat cuci muka. Jadi, aku alergi.
    Ada seorang pembeli menghampiri kedaiku, dia juga menyapaku dengan ramah tapi pedih menyinggung hatiku. Dia berkata begini,”banyak amat jerawatnya, dek? Kemaren waktu pulang nggak ada liat jerawat sebanyak ini”. Mamaku menjawab,”Ya, dia kan udah remaja, memang seperti itu”. Aku lega dan hanya tersenyum. Aku berpikir dengan berkata dalam hati. Bagaimana jika aku menggunakan hijab? Mungkin jerawatku akan tertutup dan  orang-orang tidak menyinggung aku lagi.
    Aku mencoba untuk memakai hijab mulai hari itu. Setelah mandi dan membersihkan diri, aku selalu memakai hijab. Mama sempat bertanya,”nggak panas tuh pakai hijab tiap hari?”. Aku jawab aja,”nggak kok, Ma! Enak pakai hijab lagi, kan bisa tertutup jerawatnya. Lagian pakai hijab itu menyejukkan juga.” Mama tertegun. Dia tidak pernah lagi mengomentari aku memakai hijab. Aku juga senang memakainya.
    Mulai saat itu aku tidak lagi mendapatkan omongan yang menyinggung dari siapa pun. Malah aku mendapat perkataan seperti ini,”eh, udah pakai hijab, ya! Baguslah!”. Aku juga senang diberikan kata-kata begitu.
    Lama sudah aku mengikuti hatiku untuk memakai hijab. Saatnya Idul Fitri datang. Semua keluargaku pulang ke kampung untuk berkumpul. Dia hanya terkejut melihatku memakai hijab. Mereka awalnya mencemooh, tapi aku diam dan tersenyum saja. Aku tahu bahwa ini adalah tantangan terbesar ketika seseorang akan meluruskan jiwa dan batinnya ke jalan Allah.
    Begitu pula ketika aku kembali ke tempat tinggalku yang berada dibawah bukit itu. Aku selalu memakai hijab. Sejuknya hijab telah mewarnai hatiku. Aku mulai membeli hijab untuk aku pakai bepergian dan ketika akan ada undangan dari teman buat pergi main.
    Masaku berubah, SMA menyapaku dengan mudah. Ketika aku ditanya teman apakah aku memakai jilbab ketika akan bepergian, aku menjawab “iya”. Mereka lalu terdiam. Masa ini aku tinggal di rumah kos. Ketika aku didalam kamar kos, aku tidak memakai hijab, karena semua yang melihatku hanya perempuan semua. Tapi, aku merasa berdosa ketika aku tidak memakai hijab di dekat bapak kosku. Namun, aku tepis semua rasa bersalahku. Aku berniat lagi bahwa aku akan menetapkan hatiku untuk memakai hijab setelah aku menikah nanti.
    Namun, semua itu baru hanya mimpi. Aku bukanlah manusia sempurna dalam akidah, tapi aku adalah manusia sempurna yang diciptakan Tuhan. Aku kembali meyakinkan pada hati kecilku bahwa aku akan berubah dengan cepat. Sebelum kematian semakin tak sabar bertemu denganku.
Martha Syaflina
(Hijab itu Pengobat Jiwaku yang Sakit)