Motivation

"Berani Itu Emas" (Mario Teguh)
"Yakinlah! Maka Anda akan Mendapatkannya" (Martha Zhahira El-Kutuby)

Jumat, 20 Januari 2012

Berbagi bukan Membagi

Berbagi!
Pastinya teman-teman pernah dengar kan? Kata berbagi terdiri dari dua kata, yaitu: ber- yang berarti kata hubung dan bagi yang berarti memberi dengan cara sama rata. Berbagi dapat diartikan dengan memberikan sesuatu sama rata dan sama banyak. Tapi, dalam pembahasan kali ini, berbagi diartikan memberikan dengan tulus dan ikhlas kepada orang lain, baik itu perasaan, barang atau sebagainya.
Dalam berbagi, kita tentunya punya perasaan yang harus kita pikirkan. Dalam berbagi ini kita tentunya bisa membuat seseorang lebih dekat dengan kita. Berbagi ini sering diidentikkan dengan kata pemurah, saya dijuluki orang yang pemurah oleh Mama saya karena saya sering  berbagi kepada sesama. Padahal, beliau sangat tidak suka saya berbagi dengan orang lainnya karena beliau menyangka saya tidak menghargai pemberian beliau. Makanya, beliau tidak suka saya berbagi. Biasanya kalau saya mau berbagi berupa barang, saya lebih suka tersembunyi. Takut ketahuan. Saya pun tak mau ketika saya memberikan sesuatu kepada orang lain, semua orang tahu termasuk orang tua saya sendiri.
Membagi!
Menbagi berarti memberikan dengan cara setengah-setengah. Kadang-kadang si pemberi ikhlas dan kadang-kadang tidak. Ini sangat dibenci oleh Allah. Ketika kita membagi ada rasa yang terukir dalam hati kita yaitu rasa ketidakpuasan. Biasanya ini terjadi kepada orang pelit. Tapi, lain halnya juga dengan membagi dengan cara sudah ditentukan oleh orang lain, kita hanya tinggal memberikannya saja. Ini tidak tergantung dengan perasaan kita karena barang tersebut bukan dari kita tapi dari orang lain.
Membagi memang ada perbedaan dengan berbagi. Kita tahu apabila kita  berbagi itu akan membuat kita tenang bahkan senang. Kepuasan batin kita terpenuhi. Kita merasakan tidak ada beban dengan hati kita. Kita juga tidak takut dan rezki kita juga dimudahkan oleh Allah.
Martha Syaflina
Berbagi untuk Sesama dengan Tulus

Mencari Impian

Impian!
Yah! Dia itu menakjubkan. Seorang yang berani bermimpi dia juga berani menjamin masa depannya. Karena mimpi itu adalah suatu hal yang memang dalam khayalan tapi apabila kita berusaha untuk mewujudkan dia akan terkabulkan. Ada orang bilang bahwa kalau kita bermimpi dengan ingin menjadi lebih besar dan kaya dan juga bisa mengelilingi dunia dalam sekejab itu tidak akan pernah terwujud.
Mama saya sendiri pun bilang seperti itu, tapi saya tak mau tahu. Hal yang pasti akan saya lakukan. Apabila saya nantinya bisa berkeliling dunia, saya akan bilang sama Mama begini,"Ma, makasi ya udah doain aku nggak bisa keliling dunia". Saya akan mencoba sekuat tenaga saya untuk mewujudkan impian saya sebelum Tuhan mengambil nyawa saya.
Pernahkah Anda menonton drama Korea? Tentunya pernah kan? Dia kan lagi populeenya sekarang. Gimana tidak? Gini, kalau kita tonton drama tersebut, kita pasti akan melihat berbagai keindahan alam Negara Korea yang menjadi latar tempat syuting pemain drama tersebut. Mengapa tidak? Saya juga pernah begitu (hehe). Bahkan saya pernah mempunyai impian untuk pergi ke Korea. Saya pun pernah mempunyai impian untuk memiliki uang banyak. Itu memang impian umum kalangan remaja sekarang, tidak hanya remaja sekarang, para orang tua dan tante-tante juga begitu.
Sekarang timbul pertanyaan,apakah bisa saya pergi kesana? Ya, tentu bisa dong! Mengapa tidak? Kita adalah hak bagi diri kita sendiri. Kemana pun kita pergi itu adalah hak kita selagi itu baik bagi diri kita sendiri. Anda bisa saja mengelilingi dunia apabila itu memang Anda usahakan untuk meraihnya dari sekarang. Pembuktian bahwa Anda bisa mengelilingi dunia itu adalah puncak dari pencarian impian Anda. Semua kita bisa menjejak Korea itu apabila kita bisa yakin dengan semua usaha kita untuk pergi kesana. Kita bisa saja sampai disana apabila kita yakin untuk kesana.
Begitu juga dengan impian untuk mencapai sukses dalam belajar dan bekerja. Tidak tertutup kemungkinan bagi kita yang berusaha untuk bisa sukses mencari impian kita. Semua itu diraih dengan keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh. Kita bisa karena usaha. Mencari impian bukanlah hanya sekedar mencari harta karun yang disimpan jauh, tapi mencari impian adalah pencarian yang bersifat kekal, apabila kita sudah sukses kita akan menjadikan semua yang kita raih itu sebagai kesenangan dan mensyukuri apa yang telah kita dapat.
Martha Syaflina
Mencari Mimpi dengan Usaha

Harga Sebuah Senyuman

Senyum!
Pastinya kita pernah untuk tersenyum kan? Apabila ada yang baik bagi hati kita, kita kan tersenyum. Senyum juga mengungkapkan kepuasan batin yang telah sukses dalam mengusahakan atau menerima kesuksesan tersebut. Senyum juga perantara untuk membuat kita lega dan terhindarari yang namanya sakit hati.
Sebuah senyuman pastinya ada harganya kan? Kita tahu bahwa kita tersenyum untuk membuat orang lain bisa merasakan kepuasan tersendiri bagi hatinya. Kita tersenyum juga untuk mendamaikan hati seseorang yang melihat kita. Senyum adalah perantara yang baik untuk kelanggengan sebuah persahabatan dan persaudaraan. Karena senyum kita bisa membuat dunia bisa berwarna.
Saya ada cerita tentang diri saya sendiri. Baca yuk!
Sudah lama juga cerita ini saya simpan. Sekarang saya ingin menceritakannya kembali. Dulu itu, saya pernah bertanya begini,"senyum itu apa ya?". Saya pun mencari-cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang kata "senyum". Setelah bertemu, saya masih kurang mengerti. Saya bertanya lagi pada hati saya, sampai ke sekolah saya bertanya begitu. Tiba-tiba, di sekolah ada guru saya yang lagi berbicara dengan teman saya. Beliau merasa puas sekali dengan kerja teman saya. Saya perhatikan saja wajah beliau, sudut bibirnya terangkat, wajahnya memancarkan kelegaan dan kepuasan. Lalu, teman saya berkata,"manis ya senyum, Ibu!". Saya pun terperangah. Ternyata, yang bernama "SENYUM" itu ya keindahan yang dipancarkan dari bibir seseorang sebagai tanda di puas dan lega melihat sesuatu. Ada pula yang merasa senang dengan sesuatu yang dilihatnya, dia juga tersenyum.
Dari, cerita saya diatas. Saya membuat sendiri kesimpulan dan bertanya lagi. Begini pertanyaannya,"emang apa sih harga sebuah senyuman itu?". Saya pun mencari-cari solusi dan jawaban yang akan saya tampilkan dalam sebuah tulisan saya ini. Saya cari lagi disekolah, karena saya masih sekolah ya lingkungan umum saya sekolah. Ketika seorang teman saya merasa dirinya dicuekin bahkan tak didengar, dia marah besar sehingga tampangnya yang menakutkan itu terlihat jelas. Lalu, datang sahabat karibnya yang berasal dari kelas sebelah, dia bertanya apa penyebabnya si sahabatnya marah, setelah tahu. Dia hanya tersenyum dan memberikan nasehat yang baik. Alhasil, si sahabat yang marah tadi ikutan tersenyum bahkan sampai tertawa. Dia menyadari bahwa dia telah terbawa emosi. Sungguh menakjubkan!
Jadi, harga sebuah senyuman itu mahal tapi mudah untuk dijual. Mengapa tidak? Hanya dengan sunggingan sederhana dan ikhlas akan membuat harga senyuman tersebut menjadi mahal. Bahkan orang yang melihatnya terpana dan terenyuh hatinya untuk berteman dengan kita. Memang seorang sahabat sangat disarankan untuk membuat sahabatnya yang lain tersenyum. Karena senyum itu peng-abadi sebuah hubungan persahabatan.
Martha Syaflina
Menguntai Senyum Lewat Tulisan

Kamis, 19 Januari 2012

Simpati VS Empati

Simpati!
    Ya, kata-kata itu sangat dikenal dalam kalangan remaja yang suka curhat dan cerita-cerita tentang masalah remajanya. Dalam kehidupan ini kita memang perlu untuk bersimpati bahkan untuk merasakan apa yang dirasakan olrh orang lain sebagai kita juga mengerti dengan keadaannya.
    Simpati yaitu merasakan sepenuh hati dan ikut merasakan kesedihan dan kesenangan orang lain atau orang yang bercerita dengan kita sebagai wujud bahwa kita juga mempunyai perasaan yang sama dengan dia. Seperti contoh: kalau teman cerita kita merasa sedih kita juga merasakan kesedihan tersebut lebih mendalam. Apabila dia menangis kita juga ikutan menangis. Maka, itulah yang namanya simpati.
    Simpati ini sangat tidak dibutuhkan dalam proses konsultasi dan bagi konselor sendiri. Apabila konselor sampai bersimpati dengan kliennya, masalah yang diceritakan klien tersebut tidak akan pernah selesai karena kita juga mempunyai penderitaan yang sama dengan dia. Bahkan, pemecahan masalah tersebut juga tidak akan pernah bertemu. Jadi, seorang konselor harus mempunyai empati bukan simpati.
    Empati!
    Empati yaitu merasakan kesedihan atau kesenangan yang dirasakan orang lain tapi tidak ikut berlarut-larut di dalamnya. Dia hanya merasakan saja. Seperti contoh: apabila si klien menangis-nangis dalam menceritakan masalah dan keluhannya, kita juga tidak ikut menangis. Itulah yang dinamakan empati.
    Seorang konselor harus bersifat empati, bukan simpati. Sifat empati ini memang susah untuk ditimbulkan, karena menurut penelitian saya sendiri dan juga saya pernah mengalami, seorang konselor ini biasanya sering terbawa rasa simpati kepada kliennya. Sehingga, klien merasa bahwa masalahnya tidak akan pernah selesai dan malah bertambah berat. Padahal, klien berharap bahwa dia mengeluh kepada kita untuk mencari solusi dengan kita, bukan mencari tambahan dari keluhannya. Bisa-bisa klien tak mau cerita lagi.

    Simpati VS Empati ini bergantung pada perasaan. Konselor harus bisa menyeimbangi semua itu.
Apabila terjadi kesenjangan, kita akan kewalahan untuk menjawab dan membantu klien dalam mencari solusi masalahnya.

Martha Syaflina
Menjadi Remaja yang Tangguh 

Teknik 3M

Pernah dengar Konsultasi nggak?
Pastinya pernah ya!

Sekarang kita akan bahas tentang konsultasi. Tetapi, bagian konsultasi remajanya.

Konsultasi berasal dari dua kata yaitu konsul yang berarti petunjuk,memberikan dan meminta bimbingan,saran,dsb, sedangkan –tasi berarti proses. Jadi, dapat diartikan bahwa konsultasi berarti proses memberikan dan meminta bimbingan,saran, masukan dan pendapat. Dalam konsultasi ini ada yang bernama konselor yaitu orang yang memberikan bimbingan, dan klien yaitu orang yang butuh bimbingan atau orang yang ingin berkonsultasi.

Dalam memberikan konsultasi, konselor haruslah mengenal teknik konsultasi dan berkomunikasi dengan si klien agar kliennya bisa mengerti dan mau menerima masukan dan juga puas dengan pelayanan si konselor. Namun, pada hakikatnya, bukanlah konselor yang akan memecahkan masalah klien itu, tapi klien itu sendiri, konselor ini hanya sebagai pengantara terpecahkannya masalah si klien.

Ada tiga teknik yang pernah dipakai oleh para konselor untuk bisa membantu klien memecahkan masalahnya, tapi sebetulnya bukan membantu tapi menjadi perantara bagi klien karena mereka diliputi perasaan ragu. Teknik ini dikenal dengan Teknik 3M, yaitu:
1.    Mendengarkan
2.    Memahami
3.    Merespon

Mari kita bahas satu per satu!
1.    Mendengarkan
       Mendengarkan mempunyai perbedaan dengan mendengar. Apa bedanya? Nih! Mendengarkan adalah perbuatan atau cara untuk menangkap suara dan alunan bunyi dari orang lain maupun benda atau binatang dengan sengaja, tapi kalau mendengar adalah perbuatan atau cara menangkap suara dan alunan bunyi dari orang lain secara sepintas atau tidak sengaja. Pernahkah kita mendengar? Ya, pernah dong! Contohnya: mendengar berita, mendengar pembicaraan teman, dsb.

Dalam proses mendengar, kita hanya menangkap sebagian dari informasi yang dibicarakan atau didengar. Kita juga tidak bisa untuk menangkap secara pasti apa yang sedang diperdengarkan. Seakan-akan kita hanya mendengar seperti angin lalu saja. Biasanya orang yang kebiasaan hanya mendengar, berita yang disampaikannya kepada orang lain bersifat isu atau berita yang kurang jelas.

Hal ini sangat harus dihindari oleh para konselor, karena konselor haruslah mendengar dengan penuh apa yang sebenarnya dibicarakan oleh klien sehingga konselor bisa memberikan perantara untuk memecahkan masalah klien tersebut. Kalau konselor hanya mendengar saja, itu tidak kurang lebih dari mencemooh pembicaraan klien, sehingga klien tidak mau lagi curhat dan konsultasi dengan kita. Kita hanya dianggap sebagai orang yang membosankan.

Mendengarkan adalah proses yang disengaja. Hal ini harus dipakai oleh konselor sehingga klien yang berkonsultasi dengan kita tidak merasa dicemoohkan atau tidak didengar pembicaraannya. Klien juga merasa senang kepada kita karena dia didengar. Bahkan dia juga ingin lagi curhat dan berkonsultasi lagi dengan kita.

Seni mendengar ini sangat penting. Ada beberapa seni mendengar yang saya ingat, ini bersumber dari Anne Ahira seorang Internet Marketing, yaitu
a.    Mendengar itu haruslah dengan seksama (serius)\
       Mendengar dengan seksama sangat dianjurkan, karena apabila kita serius klien juga merasakan bahwa kita memang sedang mendengarkan keluhan dia.
b.    Tatapan mata ke wajah dia
       Jangan sekali-kali menggeleng-gelengkan kepala dihadapan klien. Itu akan membuat klien merasa dikucilkan.
c.    Penuh perhatian
       Perhatian memang penting jadi harus dengan hati-hati memperhatikan klien.
d.    Posisi duduk sedikit menghadap dia
       Seorang yang akan membantu dengan ikhlas akan memberikan yang terbaik untuk kliennya. Termasuk mengatur posisi duduk demi memperhatikan kliennya.

2.    Memahami
       Memahami! Ini adalah hal yang sulit tapi mudah untuk dilakukan. Mengapa tidak? Dengan berusaha memahami klien, kita juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari diri mereka. Memahami dengan sepenuh hati dan mengambil kesimpulan dari pembicaraan klien itu penting agar kita tidak salah dalam mengarahkan klien tersebut.

Saya pernah menangani klien yang sedang putus cinta.
Dia    : “Ta, gimana nih? Aku putus sama dia, sakit rasanya.”
Ta    : “Trus, gimana? Kamu putus karena apa?”
Dia    : “Ya, gimana itu yang mau saya tanya ke kamu, gimana sih kamu? Aku putus gara-gara nggak saling percaya.”
Ta    :”Oh, gitu! Ya udah deh!”
Dia    :”Kok udah, aku kan minta pendapat kamu.”
Ta    :”Eh, iya! Aduh maaf, aku kurang paham dengan masalah kamu.”
Dia    :”Huff”

Ini akibatnya, kalau kita tidak memahami, komunikasi kita denga si klien menjadi tidak lancar sehingga si klien merasa dirinya semakin mempunyai beban masalah yang menumpuk dan berat. Saya memang pernah kecolongan begitu, dari hal itu saya belajar lagi untuk memperbaikinya.

Disini dapat diambil kesimpulan bahwa seni memahami itu penting. Jangan salah paham terhadap masalah klien, nanti dia bisa kurang kontrol emosi. Sehingga kita menjadi bahan masalah bagi dia. Akhirnya, masalah tidak akan pernah selesai. Awalnya dia mau dibantu oleh kita, karena kita kurang memahami eh malah lari kliennya. Ini juga akan menghilangkan kepercayaan klien kepada kita. Hati-hati!

3.    Merespon
       Ini sangat berhubungan dengan mendengar tadi. Saya sudah menjelaskannya diatas yang hampir sama penjelasannya dengan mendengarkan. Merespon itu artinya memberikan sinyal¬ kepada klien bahwa kita telah serius dalam mendengarkan pembicaraan dan keluhannya. Dia akan merasakan bahwa kita itu memang pas buat dia sebagai tempat curhat.

Ada beberapa kata untuk merespon, yaitu:
a.    Hmm...
b.    Lalu...
c.    Selanjutnya bagaimana?
d.    Trus?
e.    (banyak lagi cara merespon dari berbagai konselor)

Merespon juga harus membuat klien percaya dengan kita bahwa kita hanya tidak mendengarkan dia tapi memang serius dalam mendengarkannya. Kita juga bisa merespon dengan isyarat mata dan tangan dengan cara digerakkan matanya atau dikedipkan. Dengan gerakan tangan, membuat dia lebih bersemangat untuk bercerita sehingga kita bisa mencari akar masalahnya.

Jangan merespon dengan cara mencemooh. Dia akan merasa sakit hati apabila kita hanya meresponnya dengan cara tidak menghadap wajahnya. Kita merespon karena kita mengerti dengan dia.
Namun, ada yang perlu dihindari dari teknik ini, yaitu: para konselor tidak boleh simpati tapi haruslah empati. Ini akan dijelaskan pada tulisan saya selanjutnya. Tunggu ya!

    Salam untuk para pembaca dan remaja Indonesia. Menjadi remaja tanpa masalah dan mandiri menghadapi masalah. Masalah bukan untuk dihindari tapi dicari solusi. Oke!

Martha Syaflina
Menjadi Remaja Tanpa Masalah