Pernah dengar Konsultasi nggak?
Pastinya pernah ya!
Sekarang kita akan bahas tentang konsultasi. Tetapi, bagian konsultasi remajanya.
Konsultasi berasal dari dua kata yaitu konsul yang berarti petunjuk,memberikan dan meminta bimbingan,saran,dsb, sedangkan –tasi berarti proses. Jadi, dapat diartikan bahwa konsultasi berarti proses memberikan dan meminta bimbingan,saran, masukan dan pendapat. Dalam konsultasi ini ada yang bernama konselor yaitu orang yang memberikan bimbingan, dan klien yaitu orang yang butuh bimbingan atau orang yang ingin berkonsultasi.
Dalam memberikan konsultasi, konselor haruslah mengenal teknik konsultasi dan berkomunikasi dengan si klien agar kliennya bisa mengerti dan mau menerima masukan dan juga puas dengan pelayanan si konselor. Namun, pada hakikatnya, bukanlah konselor yang akan memecahkan masalah klien itu, tapi klien itu sendiri, konselor ini hanya sebagai pengantara terpecahkannya masalah si klien.
Ada tiga teknik yang pernah dipakai oleh para konselor untuk bisa membantu klien memecahkan masalahnya, tapi sebetulnya bukan membantu tapi menjadi perantara bagi klien karena mereka diliputi perasaan ragu. Teknik ini dikenal dengan Teknik 3M, yaitu:
1. Mendengarkan
2. Memahami
3. Merespon
Mari kita bahas satu per satu!
1. Mendengarkan
Mendengarkan mempunyai perbedaan dengan mendengar. Apa bedanya? Nih! Mendengarkan adalah perbuatan atau cara untuk menangkap suara dan alunan bunyi dari orang lain maupun benda atau binatang dengan sengaja, tapi kalau mendengar adalah perbuatan atau cara menangkap suara dan alunan bunyi dari orang lain secara sepintas atau tidak sengaja. Pernahkah kita mendengar? Ya, pernah dong! Contohnya: mendengar berita, mendengar pembicaraan teman, dsb.
Dalam proses mendengar, kita hanya menangkap sebagian dari informasi yang dibicarakan atau didengar. Kita juga tidak bisa untuk menangkap secara pasti apa yang sedang diperdengarkan. Seakan-akan kita hanya mendengar seperti angin lalu saja. Biasanya orang yang kebiasaan hanya mendengar, berita yang disampaikannya kepada orang lain bersifat isu atau berita yang kurang jelas.
Hal ini sangat harus dihindari oleh para konselor, karena konselor haruslah mendengar dengan penuh apa yang sebenarnya dibicarakan oleh klien sehingga konselor bisa memberikan perantara untuk memecahkan masalah klien tersebut. Kalau konselor hanya mendengar saja, itu tidak kurang lebih dari mencemooh pembicaraan klien, sehingga klien tidak mau lagi curhat dan konsultasi dengan kita. Kita hanya dianggap sebagai orang yang membosankan.
Mendengarkan adalah proses yang disengaja. Hal ini harus dipakai oleh konselor sehingga klien yang berkonsultasi dengan kita tidak merasa dicemoohkan atau tidak didengar pembicaraannya. Klien juga merasa senang kepada kita karena dia didengar. Bahkan dia juga ingin lagi curhat dan berkonsultasi lagi dengan kita.
Seni mendengar ini sangat penting. Ada beberapa seni mendengar yang saya ingat, ini bersumber dari Anne Ahira seorang Internet Marketing, yaitu
a. Mendengar itu haruslah dengan seksama (serius)\
Mendengar dengan seksama sangat dianjurkan, karena apabila kita serius klien juga merasakan bahwa kita memang sedang mendengarkan keluhan dia.
b. Tatapan mata ke wajah dia
Jangan sekali-kali menggeleng-gelengkan kepala dihadapan klien. Itu akan membuat klien merasa dikucilkan.
c. Penuh perhatian
Perhatian memang penting jadi harus dengan hati-hati memperhatikan klien.
d. Posisi duduk sedikit menghadap dia
Seorang yang akan membantu dengan ikhlas akan memberikan yang terbaik untuk kliennya. Termasuk mengatur posisi duduk demi memperhatikan kliennya.
2. Memahami
Memahami! Ini adalah hal yang sulit tapi mudah untuk dilakukan. Mengapa tidak? Dengan berusaha memahami klien, kita juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari diri mereka. Memahami dengan sepenuh hati dan mengambil kesimpulan dari pembicaraan klien itu penting agar kita tidak salah dalam mengarahkan klien tersebut.
Saya pernah menangani klien yang sedang putus cinta.
Dia : “Ta, gimana nih? Aku putus sama dia, sakit rasanya.”
Ta : “Trus, gimana? Kamu putus karena apa?”
Dia : “Ya, gimana itu yang mau saya tanya ke kamu, gimana sih kamu? Aku putus gara-gara nggak saling percaya.”
Ta :”Oh, gitu! Ya udah deh!”
Dia :”Kok udah, aku kan minta pendapat kamu.”
Ta :”Eh, iya! Aduh maaf, aku kurang paham dengan masalah kamu.”
Dia :”Huff”
Ini akibatnya, kalau kita tidak memahami, komunikasi kita denga si klien menjadi tidak lancar sehingga si klien merasa dirinya semakin mempunyai beban masalah yang menumpuk dan berat. Saya memang pernah kecolongan begitu, dari hal itu saya belajar lagi untuk memperbaikinya.
Disini dapat diambil kesimpulan bahwa seni memahami itu penting. Jangan salah paham terhadap masalah klien, nanti dia bisa kurang kontrol emosi. Sehingga kita menjadi bahan masalah bagi dia. Akhirnya, masalah tidak akan pernah selesai. Awalnya dia mau dibantu oleh kita, karena kita kurang memahami eh malah lari kliennya. Ini juga akan menghilangkan kepercayaan klien kepada kita. Hati-hati!
3. Merespon
Ini sangat berhubungan dengan mendengar tadi. Saya sudah menjelaskannya diatas yang hampir sama penjelasannya dengan mendengarkan. Merespon itu artinya memberikan sinyal¬ kepada klien bahwa kita telah serius dalam mendengarkan pembicaraan dan keluhannya. Dia akan merasakan bahwa kita itu memang pas buat dia sebagai tempat curhat.
Ada beberapa kata untuk merespon, yaitu:
a. Hmm...
b. Lalu...
c. Selanjutnya bagaimana?
d. Trus?
e. (banyak lagi cara merespon dari berbagai konselor)
Merespon juga harus membuat klien percaya dengan kita bahwa kita hanya tidak mendengarkan dia tapi memang serius dalam mendengarkannya. Kita juga bisa merespon dengan isyarat mata dan tangan dengan cara digerakkan matanya atau dikedipkan. Dengan gerakan tangan, membuat dia lebih bersemangat untuk bercerita sehingga kita bisa mencari akar masalahnya.
Jangan merespon dengan cara mencemooh. Dia akan merasa sakit hati apabila kita hanya meresponnya dengan cara tidak menghadap wajahnya. Kita merespon karena kita mengerti dengan dia.
Namun, ada yang perlu dihindari dari teknik ini, yaitu: para konselor tidak boleh simpati tapi haruslah empati. Ini akan dijelaskan pada tulisan saya selanjutnya. Tunggu ya!
Salam untuk para pembaca dan remaja Indonesia. Menjadi remaja tanpa masalah dan mandiri menghadapi masalah. Masalah bukan untuk dihindari tapi dicari solusi. Oke!
Martha Syaflina
Menjadi Remaja Tanpa Masalah