Motivation

"Berani Itu Emas" (Mario Teguh)
"Yakinlah! Maka Anda akan Mendapatkannya" (Martha Zhahira El-Kutuby)

Jumat, 04 Mei 2012

Ksp (Keberhasilan=Self Confidence + Passion)

Kemaren (Selasa, 01 Mei 2012) aku diminta untuk mengisi KULTUM (Kuliah Tujuh Menit) di Mushola Mukhlishin (Mushola Sekolah). Kami mengadakan sholat berjamaah waktu zhuhur.

Aku memberi judul pidatoku dengan ini: "Ksp".
Orang Kimia bilang Ksp itu adalah kelarutan. Tapi aku bilang Ksp itu adalah "Keberhasilan = Self Confidence + Passion".

Mengapa??

Karena,
Keberhasilan kita bergantung pada kepercayaan diri kita untuk bisa meraih sukses dan impian. Kalau kita hanya mengharapkan rejeki itu datang secara "sim salabim" itu mustahil. Kita harus bisa percaya diri untuk meraihnya agar dia tidak jauh dari diri kita.

Keberhasilan itu juga bergantung pada Keinginan Besar (Passion) kita untuk meraihnya. Orang sukses itu punya keinginan besar untuk dapat diraihnya, makanya mereka berusaha dan bekerja keras. Kita punya keinginan harus berupaya untuk mewujudkannya agar kita bisa menggapai impian kita.

Keep your passion. (ini motto Kak Shinta Febiani)
Rezeki harus "DIJEMPUT" bukan hanya "DITUNGGU" saja. (Ini pesan Kak Winda Tristianti)
Sukses itu Pilihan. (Ini motto aku Martha Zhahira El-Kutuby)

Kamis, 22 Maret 2012

Pendidikan Berkarakter:”Guru Saja Tidak Berkarakter, Apalagi Siswanya!”

Karakter! Ya, memang itu yang sedang gemparnya di dunia pendidikan sekarang. Berbicara tentang karakter dunia tidak bosan. Mengapa? Karena dalam dunia pendidikan inilah yang akan menunjang terwujudnya seluruh aspek penilaian dalam mencapai kecakapan seorang siswa untuk berprestasi. Bagaimana tidak? Kita sebagai manusia yang mempunyai rasa ego akan menuntut segala hak yang ada pada diri kita dan orang lain.
    Seorang yang berkarakter yang diinginkan pemerintah sekarang adalah seorang yang tahu dengan adab dan kesantunan. Sebagaimana sosialisasi yang telah dilakukan pemerintah untuk menunjang pendidikan berkarakter ini akan membawa dunia pendidikan Indonesia menuju masa depan yang cemerlang. Tahun lalu pemerintah telah melakukan riset dan memberikan pengarahan kepada guru-guru yang ada di Indonesia. Selanjutnya, guru-guru pun telah menyampaikan kepada siswa-siswinya. Namun, ada kejanggalan kecil yang mungkin terlupakan saat ini, yaitu introspeksi diri.
    Apabila seseorang bisa mengintrospeksi dirinya, maka dia akan menjalani pendidikan berkarakter ini dengan mudah, karena mereka merasakan bahwa apa yang diterapkan oleh pendidikan berkarakter ini akan membawa mereka ke jalan disiplin dan berlaku yang benar. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang tidak mengintrospeksi dirinya, maka mereka akan sulit untuk melaksanakan pendidikan berkarakter ini.
    Kita tahu bahwa sebuah interaksi akan berjalan apabila ada yang berkomunikasi dengan seimbang dan respon yang positif. Tapi, dalam pendidikan sekarang interaksi antara guru dan para siswanya masih terhambat oleh sinyal yang kurang bagus. Misalnya saja, dalam cara berpakaian. Guru mengajarkan kepada siswa bahwa cara berpakaian yang bagus tidak ketat dan sopan, tapi pada kenyataannya malah guru itu sendiri yang melakukan berpakaian sempit dan ketat.
    Banyak kita lihat dalam dunia sekarang bahwa pendidikan berkarakter itu tidaklah berjalan dengan semestinya. Biarpun ini masih tahap awal pemerintah melakukan rencana ini, namun hal ini tidaklah sulit jika dilakukan dengan kesadaran yang bagus dan mantap. Kita juga pernah melihat bahwa guru mengajarkan kepada siswanya untuk berlaku disiplin waktu untuk pergi sekolah, tapi malah guru itu sendiri yang terlambat datang ke sekolah lantaran urusan banyak. Kalau siswanya protes, si guru bilang bahwa mereka tidak sama dengan siswanya. Tapi, dalam dunia sekarang kita bisa lihat, disiplin itu adalah kesadaran dan butuh kepastian untuk melakukannya. Apabila orang yang akan menjadi tauladan kita saja tidak mencerminkan karakter yang bagus, bagaimana bisa yang meneladani itu bisa bagus juga? Mustahil.
    Beralih lagi pada kesopanan. Dalam adat Minangkabau telah dicantumkan bahwa budi¬ itu penting sekali. Kita sebagai masyarakat Minang tentu tahu dengan budi baiak, laku elok. Di sekolah, kita juga harus mengamalkan sistem Minangkabau ini sebagai landasan untuk bisa terwujudnya pendidikan berkarakter. Banyak juga kita melihat sekarang ini, seorang guru yang telah mengajarkan kesopanan pada siswanya, tapi malah guru tersebut yang kurang sopan kepada siswanya. Sehingga terjadilah yang namanya kekerasan, pencemoohan, dan berbagai macam perilaku yang menyimpang dari siswanya.
    Sebaiknya, pendidikan berkarakter ini haruslah memegang interaksi yang seimbang sehingga hubungan antara dua belah pihak bisa terlaksanakan dengan baik tanpa hambatan sinyal. Sebagaimana yang telah dibahas diatas, guru dan siswa sebaiknya sama-sama melakukan sehingga kita bisa menjalani pendidikan berkarakter dengan semestinya. Tidak ada lagi perbedaan pendapat yang mendasari kacaunya pelaksanaan pendidikan berkarakter ini.

Martha Zhahira El-Kutuby
(Menilik Kembali Karakter Sebenarnya)

Senin, 19 Maret 2012

ESP

In a city, there has been a theft of a wallet by a child. She discovered and reported to the police. Now she's in court.

Judge        : You named Siti?
Siti        : Yes. I siti.
Judge        : On what basis do you steal your wallet?
Siti        : I have no money to pay for my sick child in Ahmad Mochtar Hospital.
Judge        : Okay. Do you have no other alternative to make money?
Siti        : I've tried to find a job, but I was not welcome in the places that I want to work there.
Judge        : Okay. According to the records and documents given to me, when before you steal, you have been stalking another victim. Really?
Siti        : Yes. I had been stalking another victim. Because of her rapid rise to public transportation, I would not be to steal his wallet.
Judge        : Hmm. How do you to take his wallet?
Siti        : I took his wallet when he was waiting for public transportation to go home. Lock bag happens to look, so I tried to feel him. But, I do not take the money as much as five hundred thousand dollars. I only took one hundred thousand dollars.
Judge        : But, according to a document, you stole five hundred dollars. All right. I would check with your defense. Defenders, whether true sister named Siti just steal the hundred thousand?
Defenders    : Yes, sir! Previously, he would intend to take five hundred thousand dollars. Because the victim will ride public transportation. He quickly took the money, and just picked up a hundred thousand. Otherwise, he returned to the wallet and put it into bags.
Judge    : Okay. But, what about this document? He has shown that he stole five hundred thousand dollars.
Defender    : In my opinion, the document was misinterpreted. He has told me that he just stole a hundred thousand dollars.
Judge        : Okay. I'll try to read this document again. The trial time is up here. We will continue next month.

Rabu, 14 Maret 2012

Ketika Hijab Menyapaku

Rinai hujan membasahi setiap relung hatiku
Berkata disetiap langkahku yang gontai berliku
Aku mengeja namaMu dengan sepenuh jiwaku
Berharap Engkau berikan cahaya pada batinku

Ketika hijabMu  menyapaku
Aku bersujud lelah didepanMu
Aku berucap syukur dikemahaanMu
Tuhan, tetapkan hijabMu dalam dadaku

Martha Syaflina
Bukittinggi, 15 Maret 2012


    Dulu, ketika aku masih di sekolah dasar, aku sering menggunakan hijab untuk pergi mengaji. Ketika sholat Idul Fitri, aku juga memakai hijab. Namun, masih belum sempurna karena aku masih belum terlalu tahu apa makna dibalik memakai hijab. Memang banyak godaan ketika kita akan meluruskan jalan untuk berbuat baik, tapi aku sudah curhat sama mama untuk memakai hijab.

    Setelah lepas dari sekolah dasar, aku masih sederhana. Hijabku hanya penutup kepala dan leher sederhana saja. Ketika aku mendaftar masuk sekolah menengah pertama, aku memakain hijab. Ketika aku pulang ke kampung aku memakai hijab. Tapi, setelah sampai dikampung aku membuka hijab, alasanku hanya satu,”kan kita dirumah, ngapain pake hijab, lagian kan panas”. Begitulah aku berceloteh saat pertama memakai hijab.
    Setahun berlalu, aku masih seperti itu juga. Hanya memakai hijab ketika aku mau pergi sekolah, bermain dengan teman, dan untuk acara keagamaan lainnya. Tidak ada perubahan maupun kegeseran niat untukku mengubah diri ini untuk tetap memakai hijab. Alasan yang paling fenomenal adalah kalau aku belum siap untuk memakai hijab, jangan dipakai karena akan mempertebal jurang neraka. Aku pun berpikir keras.
    Masa-masa yang sungguh menyenangkan dan juga menyedihkan. Ketika aku mendapatkan penyakit asma, yang mengharuskan diriku tidak berada ditempat yang dingin. Sementara itu, aku tinggal dengan tante dibawah bukit, namanya Bukit Kawin (letaknya di Sumatera Barat Kabupaten Agam). Aku tiap sebentar sesak napas. Dari sanalah aku mendapatkan dorongan batin untuk mengenakan hijab.
    Aku sempat berpikir begini, kalau aku memakai hijab dinegeri yang dingin ini, mungkin tenggorokan dan dadaku akan terasa hangat dan sejuk, sehingga penyakitku bisa sembuh. Aku coba memakai hijab ketika hujan dan dingin melanda tempat aku tinggal, kalau hari sudah panas aku membuka hijab untuk dirumah saja. Memang terasa sejuk, aku tidak sering lagi untuk sesak napas. Obatku yang diberikan dokter hanya aku buang begitu saja.
    Lama juga aku berobat, sekitar enam bulan berlalu begitu saja. Obat tersebut kadang aku makan dan kadang pula aku buang. Aku bosan makan obat itu. Mama kembali membawaku ke dokter untuk check up paru-paru dan tenggorokanku. Dokter menyatakan aku telah sembuh. Syukurku memang tak putus-putusnya saat itu. Aku kembali mencari makna hijab yang aku pakai ketika aku sakit dahulu.
    Aku berpikir sekian lama. Ketika aku mulai bisa menuliskan pengalamanku sendiri. Aku menuliskan di kepalaku bahwa hijab adalah penyembuh penyakitku. Begitu pula ketika aku terserang penyakit batuk, aku memakai hijab dan dua hari kemudian aku sembuh dari batuk. Ini adalah menfaat hijab yang baru aku dapatkan dengan pengalamanku sendiri.
    Namun, hal itu belumlah membuka hatiku untuk memakai hijab terus menerus. Libur panjang telah datang. Aku pulang ke kampung untuk bertemu dengan mama dan papa serta adik-adik tercintaku karena aku adalah anak pertama. Mereka menyambutku dengan gembira. Aku juga senang.
    Sore hari, dikampung itu, namanya Jorong Air Kijang Kabupaten Agam. Papa membuka sebuah kedai kecil-kecilan disamping beliau bekerja jadi kepala tata usaha SMA. Aku duduk di kursi dekat pintu kedai itu. Ketika itu aku masih dihantui banyak jerawat, karena aku sering malas buat cuci muka. Jadi, aku alergi.
    Ada seorang pembeli menghampiri kedaiku, dia juga menyapaku dengan ramah tapi pedih menyinggung hatiku. Dia berkata begini,”banyak amat jerawatnya, dek? Kemaren waktu pulang nggak ada liat jerawat sebanyak ini”. Mamaku menjawab,”Ya, dia kan udah remaja, memang seperti itu”. Aku lega dan hanya tersenyum. Aku berpikir dengan berkata dalam hati. Bagaimana jika aku menggunakan hijab? Mungkin jerawatku akan tertutup dan  orang-orang tidak menyinggung aku lagi.
    Aku mencoba untuk memakai hijab mulai hari itu. Setelah mandi dan membersihkan diri, aku selalu memakai hijab. Mama sempat bertanya,”nggak panas tuh pakai hijab tiap hari?”. Aku jawab aja,”nggak kok, Ma! Enak pakai hijab lagi, kan bisa tertutup jerawatnya. Lagian pakai hijab itu menyejukkan juga.” Mama tertegun. Dia tidak pernah lagi mengomentari aku memakai hijab. Aku juga senang memakainya.
    Mulai saat itu aku tidak lagi mendapatkan omongan yang menyinggung dari siapa pun. Malah aku mendapat perkataan seperti ini,”eh, udah pakai hijab, ya! Baguslah!”. Aku juga senang diberikan kata-kata begitu.
    Lama sudah aku mengikuti hatiku untuk memakai hijab. Saatnya Idul Fitri datang. Semua keluargaku pulang ke kampung untuk berkumpul. Dia hanya terkejut melihatku memakai hijab. Mereka awalnya mencemooh, tapi aku diam dan tersenyum saja. Aku tahu bahwa ini adalah tantangan terbesar ketika seseorang akan meluruskan jiwa dan batinnya ke jalan Allah.
    Begitu pula ketika aku kembali ke tempat tinggalku yang berada dibawah bukit itu. Aku selalu memakai hijab. Sejuknya hijab telah mewarnai hatiku. Aku mulai membeli hijab untuk aku pakai bepergian dan ketika akan ada undangan dari teman buat pergi main.
    Masaku berubah, SMA menyapaku dengan mudah. Ketika aku ditanya teman apakah aku memakai jilbab ketika akan bepergian, aku menjawab “iya”. Mereka lalu terdiam. Masa ini aku tinggal di rumah kos. Ketika aku didalam kamar kos, aku tidak memakai hijab, karena semua yang melihatku hanya perempuan semua. Tapi, aku merasa berdosa ketika aku tidak memakai hijab di dekat bapak kosku. Namun, aku tepis semua rasa bersalahku. Aku berniat lagi bahwa aku akan menetapkan hatiku untuk memakai hijab setelah aku menikah nanti.
    Namun, semua itu baru hanya mimpi. Aku bukanlah manusia sempurna dalam akidah, tapi aku adalah manusia sempurna yang diciptakan Tuhan. Aku kembali meyakinkan pada hati kecilku bahwa aku akan berubah dengan cepat. Sebelum kematian semakin tak sabar bertemu denganku.
Martha Syaflina
(Hijab itu Pengobat Jiwaku yang Sakit)

Jumat, 20 Januari 2012

Berbagi bukan Membagi

Berbagi!
Pastinya teman-teman pernah dengar kan? Kata berbagi terdiri dari dua kata, yaitu: ber- yang berarti kata hubung dan bagi yang berarti memberi dengan cara sama rata. Berbagi dapat diartikan dengan memberikan sesuatu sama rata dan sama banyak. Tapi, dalam pembahasan kali ini, berbagi diartikan memberikan dengan tulus dan ikhlas kepada orang lain, baik itu perasaan, barang atau sebagainya.
Dalam berbagi, kita tentunya punya perasaan yang harus kita pikirkan. Dalam berbagi ini kita tentunya bisa membuat seseorang lebih dekat dengan kita. Berbagi ini sering diidentikkan dengan kata pemurah, saya dijuluki orang yang pemurah oleh Mama saya karena saya sering  berbagi kepada sesama. Padahal, beliau sangat tidak suka saya berbagi dengan orang lainnya karena beliau menyangka saya tidak menghargai pemberian beliau. Makanya, beliau tidak suka saya berbagi. Biasanya kalau saya mau berbagi berupa barang, saya lebih suka tersembunyi. Takut ketahuan. Saya pun tak mau ketika saya memberikan sesuatu kepada orang lain, semua orang tahu termasuk orang tua saya sendiri.
Membagi!
Menbagi berarti memberikan dengan cara setengah-setengah. Kadang-kadang si pemberi ikhlas dan kadang-kadang tidak. Ini sangat dibenci oleh Allah. Ketika kita membagi ada rasa yang terukir dalam hati kita yaitu rasa ketidakpuasan. Biasanya ini terjadi kepada orang pelit. Tapi, lain halnya juga dengan membagi dengan cara sudah ditentukan oleh orang lain, kita hanya tinggal memberikannya saja. Ini tidak tergantung dengan perasaan kita karena barang tersebut bukan dari kita tapi dari orang lain.
Membagi memang ada perbedaan dengan berbagi. Kita tahu apabila kita  berbagi itu akan membuat kita tenang bahkan senang. Kepuasan batin kita terpenuhi. Kita merasakan tidak ada beban dengan hati kita. Kita juga tidak takut dan rezki kita juga dimudahkan oleh Allah.
Martha Syaflina
Berbagi untuk Sesama dengan Tulus

Mencari Impian

Impian!
Yah! Dia itu menakjubkan. Seorang yang berani bermimpi dia juga berani menjamin masa depannya. Karena mimpi itu adalah suatu hal yang memang dalam khayalan tapi apabila kita berusaha untuk mewujudkan dia akan terkabulkan. Ada orang bilang bahwa kalau kita bermimpi dengan ingin menjadi lebih besar dan kaya dan juga bisa mengelilingi dunia dalam sekejab itu tidak akan pernah terwujud.
Mama saya sendiri pun bilang seperti itu, tapi saya tak mau tahu. Hal yang pasti akan saya lakukan. Apabila saya nantinya bisa berkeliling dunia, saya akan bilang sama Mama begini,"Ma, makasi ya udah doain aku nggak bisa keliling dunia". Saya akan mencoba sekuat tenaga saya untuk mewujudkan impian saya sebelum Tuhan mengambil nyawa saya.
Pernahkah Anda menonton drama Korea? Tentunya pernah kan? Dia kan lagi populeenya sekarang. Gimana tidak? Gini, kalau kita tonton drama tersebut, kita pasti akan melihat berbagai keindahan alam Negara Korea yang menjadi latar tempat syuting pemain drama tersebut. Mengapa tidak? Saya juga pernah begitu (hehe). Bahkan saya pernah mempunyai impian untuk pergi ke Korea. Saya pun pernah mempunyai impian untuk memiliki uang banyak. Itu memang impian umum kalangan remaja sekarang, tidak hanya remaja sekarang, para orang tua dan tante-tante juga begitu.
Sekarang timbul pertanyaan,apakah bisa saya pergi kesana? Ya, tentu bisa dong! Mengapa tidak? Kita adalah hak bagi diri kita sendiri. Kemana pun kita pergi itu adalah hak kita selagi itu baik bagi diri kita sendiri. Anda bisa saja mengelilingi dunia apabila itu memang Anda usahakan untuk meraihnya dari sekarang. Pembuktian bahwa Anda bisa mengelilingi dunia itu adalah puncak dari pencarian impian Anda. Semua kita bisa menjejak Korea itu apabila kita bisa yakin dengan semua usaha kita untuk pergi kesana. Kita bisa saja sampai disana apabila kita yakin untuk kesana.
Begitu juga dengan impian untuk mencapai sukses dalam belajar dan bekerja. Tidak tertutup kemungkinan bagi kita yang berusaha untuk bisa sukses mencari impian kita. Semua itu diraih dengan keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh. Kita bisa karena usaha. Mencari impian bukanlah hanya sekedar mencari harta karun yang disimpan jauh, tapi mencari impian adalah pencarian yang bersifat kekal, apabila kita sudah sukses kita akan menjadikan semua yang kita raih itu sebagai kesenangan dan mensyukuri apa yang telah kita dapat.
Martha Syaflina
Mencari Mimpi dengan Usaha

Harga Sebuah Senyuman

Senyum!
Pastinya kita pernah untuk tersenyum kan? Apabila ada yang baik bagi hati kita, kita kan tersenyum. Senyum juga mengungkapkan kepuasan batin yang telah sukses dalam mengusahakan atau menerima kesuksesan tersebut. Senyum juga perantara untuk membuat kita lega dan terhindarari yang namanya sakit hati.
Sebuah senyuman pastinya ada harganya kan? Kita tahu bahwa kita tersenyum untuk membuat orang lain bisa merasakan kepuasan tersendiri bagi hatinya. Kita tersenyum juga untuk mendamaikan hati seseorang yang melihat kita. Senyum adalah perantara yang baik untuk kelanggengan sebuah persahabatan dan persaudaraan. Karena senyum kita bisa membuat dunia bisa berwarna.
Saya ada cerita tentang diri saya sendiri. Baca yuk!
Sudah lama juga cerita ini saya simpan. Sekarang saya ingin menceritakannya kembali. Dulu itu, saya pernah bertanya begini,"senyum itu apa ya?". Saya pun mencari-cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang kata "senyum". Setelah bertemu, saya masih kurang mengerti. Saya bertanya lagi pada hati saya, sampai ke sekolah saya bertanya begitu. Tiba-tiba, di sekolah ada guru saya yang lagi berbicara dengan teman saya. Beliau merasa puas sekali dengan kerja teman saya. Saya perhatikan saja wajah beliau, sudut bibirnya terangkat, wajahnya memancarkan kelegaan dan kepuasan. Lalu, teman saya berkata,"manis ya senyum, Ibu!". Saya pun terperangah. Ternyata, yang bernama "SENYUM" itu ya keindahan yang dipancarkan dari bibir seseorang sebagai tanda di puas dan lega melihat sesuatu. Ada pula yang merasa senang dengan sesuatu yang dilihatnya, dia juga tersenyum.
Dari, cerita saya diatas. Saya membuat sendiri kesimpulan dan bertanya lagi. Begini pertanyaannya,"emang apa sih harga sebuah senyuman itu?". Saya pun mencari-cari solusi dan jawaban yang akan saya tampilkan dalam sebuah tulisan saya ini. Saya cari lagi disekolah, karena saya masih sekolah ya lingkungan umum saya sekolah. Ketika seorang teman saya merasa dirinya dicuekin bahkan tak didengar, dia marah besar sehingga tampangnya yang menakutkan itu terlihat jelas. Lalu, datang sahabat karibnya yang berasal dari kelas sebelah, dia bertanya apa penyebabnya si sahabatnya marah, setelah tahu. Dia hanya tersenyum dan memberikan nasehat yang baik. Alhasil, si sahabat yang marah tadi ikutan tersenyum bahkan sampai tertawa. Dia menyadari bahwa dia telah terbawa emosi. Sungguh menakjubkan!
Jadi, harga sebuah senyuman itu mahal tapi mudah untuk dijual. Mengapa tidak? Hanya dengan sunggingan sederhana dan ikhlas akan membuat harga senyuman tersebut menjadi mahal. Bahkan orang yang melihatnya terpana dan terenyuh hatinya untuk berteman dengan kita. Memang seorang sahabat sangat disarankan untuk membuat sahabatnya yang lain tersenyum. Karena senyum itu peng-abadi sebuah hubungan persahabatan.
Martha Syaflina
Menguntai Senyum Lewat Tulisan

Kamis, 19 Januari 2012

Simpati VS Empati

Simpati!
    Ya, kata-kata itu sangat dikenal dalam kalangan remaja yang suka curhat dan cerita-cerita tentang masalah remajanya. Dalam kehidupan ini kita memang perlu untuk bersimpati bahkan untuk merasakan apa yang dirasakan olrh orang lain sebagai kita juga mengerti dengan keadaannya.
    Simpati yaitu merasakan sepenuh hati dan ikut merasakan kesedihan dan kesenangan orang lain atau orang yang bercerita dengan kita sebagai wujud bahwa kita juga mempunyai perasaan yang sama dengan dia. Seperti contoh: kalau teman cerita kita merasa sedih kita juga merasakan kesedihan tersebut lebih mendalam. Apabila dia menangis kita juga ikutan menangis. Maka, itulah yang namanya simpati.
    Simpati ini sangat tidak dibutuhkan dalam proses konsultasi dan bagi konselor sendiri. Apabila konselor sampai bersimpati dengan kliennya, masalah yang diceritakan klien tersebut tidak akan pernah selesai karena kita juga mempunyai penderitaan yang sama dengan dia. Bahkan, pemecahan masalah tersebut juga tidak akan pernah bertemu. Jadi, seorang konselor harus mempunyai empati bukan simpati.
    Empati!
    Empati yaitu merasakan kesedihan atau kesenangan yang dirasakan orang lain tapi tidak ikut berlarut-larut di dalamnya. Dia hanya merasakan saja. Seperti contoh: apabila si klien menangis-nangis dalam menceritakan masalah dan keluhannya, kita juga tidak ikut menangis. Itulah yang dinamakan empati.
    Seorang konselor harus bersifat empati, bukan simpati. Sifat empati ini memang susah untuk ditimbulkan, karena menurut penelitian saya sendiri dan juga saya pernah mengalami, seorang konselor ini biasanya sering terbawa rasa simpati kepada kliennya. Sehingga, klien merasa bahwa masalahnya tidak akan pernah selesai dan malah bertambah berat. Padahal, klien berharap bahwa dia mengeluh kepada kita untuk mencari solusi dengan kita, bukan mencari tambahan dari keluhannya. Bisa-bisa klien tak mau cerita lagi.

    Simpati VS Empati ini bergantung pada perasaan. Konselor harus bisa menyeimbangi semua itu.
Apabila terjadi kesenjangan, kita akan kewalahan untuk menjawab dan membantu klien dalam mencari solusi masalahnya.

Martha Syaflina
Menjadi Remaja yang Tangguh 

Teknik 3M

Pernah dengar Konsultasi nggak?
Pastinya pernah ya!

Sekarang kita akan bahas tentang konsultasi. Tetapi, bagian konsultasi remajanya.

Konsultasi berasal dari dua kata yaitu konsul yang berarti petunjuk,memberikan dan meminta bimbingan,saran,dsb, sedangkan –tasi berarti proses. Jadi, dapat diartikan bahwa konsultasi berarti proses memberikan dan meminta bimbingan,saran, masukan dan pendapat. Dalam konsultasi ini ada yang bernama konselor yaitu orang yang memberikan bimbingan, dan klien yaitu orang yang butuh bimbingan atau orang yang ingin berkonsultasi.

Dalam memberikan konsultasi, konselor haruslah mengenal teknik konsultasi dan berkomunikasi dengan si klien agar kliennya bisa mengerti dan mau menerima masukan dan juga puas dengan pelayanan si konselor. Namun, pada hakikatnya, bukanlah konselor yang akan memecahkan masalah klien itu, tapi klien itu sendiri, konselor ini hanya sebagai pengantara terpecahkannya masalah si klien.

Ada tiga teknik yang pernah dipakai oleh para konselor untuk bisa membantu klien memecahkan masalahnya, tapi sebetulnya bukan membantu tapi menjadi perantara bagi klien karena mereka diliputi perasaan ragu. Teknik ini dikenal dengan Teknik 3M, yaitu:
1.    Mendengarkan
2.    Memahami
3.    Merespon

Mari kita bahas satu per satu!
1.    Mendengarkan
       Mendengarkan mempunyai perbedaan dengan mendengar. Apa bedanya? Nih! Mendengarkan adalah perbuatan atau cara untuk menangkap suara dan alunan bunyi dari orang lain maupun benda atau binatang dengan sengaja, tapi kalau mendengar adalah perbuatan atau cara menangkap suara dan alunan bunyi dari orang lain secara sepintas atau tidak sengaja. Pernahkah kita mendengar? Ya, pernah dong! Contohnya: mendengar berita, mendengar pembicaraan teman, dsb.

Dalam proses mendengar, kita hanya menangkap sebagian dari informasi yang dibicarakan atau didengar. Kita juga tidak bisa untuk menangkap secara pasti apa yang sedang diperdengarkan. Seakan-akan kita hanya mendengar seperti angin lalu saja. Biasanya orang yang kebiasaan hanya mendengar, berita yang disampaikannya kepada orang lain bersifat isu atau berita yang kurang jelas.

Hal ini sangat harus dihindari oleh para konselor, karena konselor haruslah mendengar dengan penuh apa yang sebenarnya dibicarakan oleh klien sehingga konselor bisa memberikan perantara untuk memecahkan masalah klien tersebut. Kalau konselor hanya mendengar saja, itu tidak kurang lebih dari mencemooh pembicaraan klien, sehingga klien tidak mau lagi curhat dan konsultasi dengan kita. Kita hanya dianggap sebagai orang yang membosankan.

Mendengarkan adalah proses yang disengaja. Hal ini harus dipakai oleh konselor sehingga klien yang berkonsultasi dengan kita tidak merasa dicemoohkan atau tidak didengar pembicaraannya. Klien juga merasa senang kepada kita karena dia didengar. Bahkan dia juga ingin lagi curhat dan berkonsultasi lagi dengan kita.

Seni mendengar ini sangat penting. Ada beberapa seni mendengar yang saya ingat, ini bersumber dari Anne Ahira seorang Internet Marketing, yaitu
a.    Mendengar itu haruslah dengan seksama (serius)\
       Mendengar dengan seksama sangat dianjurkan, karena apabila kita serius klien juga merasakan bahwa kita memang sedang mendengarkan keluhan dia.
b.    Tatapan mata ke wajah dia
       Jangan sekali-kali menggeleng-gelengkan kepala dihadapan klien. Itu akan membuat klien merasa dikucilkan.
c.    Penuh perhatian
       Perhatian memang penting jadi harus dengan hati-hati memperhatikan klien.
d.    Posisi duduk sedikit menghadap dia
       Seorang yang akan membantu dengan ikhlas akan memberikan yang terbaik untuk kliennya. Termasuk mengatur posisi duduk demi memperhatikan kliennya.

2.    Memahami
       Memahami! Ini adalah hal yang sulit tapi mudah untuk dilakukan. Mengapa tidak? Dengan berusaha memahami klien, kita juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari diri mereka. Memahami dengan sepenuh hati dan mengambil kesimpulan dari pembicaraan klien itu penting agar kita tidak salah dalam mengarahkan klien tersebut.

Saya pernah menangani klien yang sedang putus cinta.
Dia    : “Ta, gimana nih? Aku putus sama dia, sakit rasanya.”
Ta    : “Trus, gimana? Kamu putus karena apa?”
Dia    : “Ya, gimana itu yang mau saya tanya ke kamu, gimana sih kamu? Aku putus gara-gara nggak saling percaya.”
Ta    :”Oh, gitu! Ya udah deh!”
Dia    :”Kok udah, aku kan minta pendapat kamu.”
Ta    :”Eh, iya! Aduh maaf, aku kurang paham dengan masalah kamu.”
Dia    :”Huff”

Ini akibatnya, kalau kita tidak memahami, komunikasi kita denga si klien menjadi tidak lancar sehingga si klien merasa dirinya semakin mempunyai beban masalah yang menumpuk dan berat. Saya memang pernah kecolongan begitu, dari hal itu saya belajar lagi untuk memperbaikinya.

Disini dapat diambil kesimpulan bahwa seni memahami itu penting. Jangan salah paham terhadap masalah klien, nanti dia bisa kurang kontrol emosi. Sehingga kita menjadi bahan masalah bagi dia. Akhirnya, masalah tidak akan pernah selesai. Awalnya dia mau dibantu oleh kita, karena kita kurang memahami eh malah lari kliennya. Ini juga akan menghilangkan kepercayaan klien kepada kita. Hati-hati!

3.    Merespon
       Ini sangat berhubungan dengan mendengar tadi. Saya sudah menjelaskannya diatas yang hampir sama penjelasannya dengan mendengarkan. Merespon itu artinya memberikan sinyal¬ kepada klien bahwa kita telah serius dalam mendengarkan pembicaraan dan keluhannya. Dia akan merasakan bahwa kita itu memang pas buat dia sebagai tempat curhat.

Ada beberapa kata untuk merespon, yaitu:
a.    Hmm...
b.    Lalu...
c.    Selanjutnya bagaimana?
d.    Trus?
e.    (banyak lagi cara merespon dari berbagai konselor)

Merespon juga harus membuat klien percaya dengan kita bahwa kita hanya tidak mendengarkan dia tapi memang serius dalam mendengarkannya. Kita juga bisa merespon dengan isyarat mata dan tangan dengan cara digerakkan matanya atau dikedipkan. Dengan gerakan tangan, membuat dia lebih bersemangat untuk bercerita sehingga kita bisa mencari akar masalahnya.

Jangan merespon dengan cara mencemooh. Dia akan merasa sakit hati apabila kita hanya meresponnya dengan cara tidak menghadap wajahnya. Kita merespon karena kita mengerti dengan dia.
Namun, ada yang perlu dihindari dari teknik ini, yaitu: para konselor tidak boleh simpati tapi haruslah empati. Ini akan dijelaskan pada tulisan saya selanjutnya. Tunggu ya!

    Salam untuk para pembaca dan remaja Indonesia. Menjadi remaja tanpa masalah dan mandiri menghadapi masalah. Masalah bukan untuk dihindari tapi dicari solusi. Oke!

Martha Syaflina
Menjadi Remaja Tanpa Masalah